Mengenang Wafatnya Glenn Fredly
Oleh: @ulinyusron, Mahasiswa Penciptaan, Pasca Sarjana Institut Kesenian Jakarta
Saksopon tiupan Nicky Manuputty itu meraung, melengking menyanyat rasa. Lagu Kasih Putih itu mengajak ratusan pasang mata yang ada di Gereja Protestan Di Indonesia Bagian Barat Sumber Kasih Lebak Bulus itu langsung bernyanyi dengan berderai air mata. Bak koor massal dalam sebuah konser, suara parau pelayat itu mengantar kepergian Glenn Fredly menuju surga.
Mata berlinang, pikiran menerawang, yang tampak hanya mata tergenang dibalut masker pelindung tampang. Badan gemetar, suara yang biasa cetar jadi sembar. Suhu tubuh jadi luruh.
Tangis tiada henti dari keluarga, rekan dan sejawat itu menjadi penanda kepergian Glenn Fredly untuk selamanya. Glenn Fredly musisi romantis itu telah menuju surga 8 April 2020. Ia meninggal di usia 44 tahun. 4 hari sebelum ia meninggal, Glenn merayakan ulang tahun Istrinya, Mutia Ayu. Glenn meninggalkan anak semata wayangnya hasil pernikahan dengan Mutia yang masih berusia 40 hari.
Glenn tak menyembunyikan kebahagiaannya memiliki putri pertama. Sampai-sampai di Festival Bekasi 29 Februari 2020, di atas panggung Glenn berseru kepada penonton begini: “Putri pertama saya, Gewa Atlana Syamayim Latuihamallo lahir bersama generasi kakak-kakaknya yang peduli masa depan, yang tidak memikirkan dirinya sendiri. Saya percaya pada kalian semua”. (Dikutip dari akun IG: @glennfredlyquotes)
Glenn bukan sekedar musisi, pencipta lagu, produser film, tapi Glenn juga adalah aktvis kemanusiaan. Ia telah mendermakan hidupnya hingga akhir hayatnya untuk kemanusiaan. “Agama Glenn adalah kemanusiaan karena kemanusiaanlah yang menjadi spiritnya,” kata Menteri Agama (2014-2019), Lukman Hakim Saifuddin, saat menyampaikan ungkapan duka cita berpulangnya Glenn ke pangkuan Bapa di Surga.
Perkenalanku dengan Glenn belum lama. Mungkin baru satu dekade. Tapi banyak pengalaman dan kerja bareng yang sangat bisa dikenang. Di balik proses karya lagu-lagumu yang romantis dan mengaduk perasaan itu, terselip watak pantang menyerang dan semangat tiada kira untuk sebuah perubahan. Di lingkaran kawan-kawan industri musik, film, dan hiburan lainnya semua orang tahu kalau Glenn adalah seorang aktivis social movement.
Sering ia berucap “Revolusi Cinta, Revolusi Wangi”. Begitulah ia ingin membungkus romantisme menjadi bara untuk menggerakkan anak muda. Di balik kalimat yang sering ia ucapkan di panggung “Kita memasuki waktu Indonesia Bagian Galau”, Glenn selalu ikuti dengan menjelaskan perbedaan galau dengan prihatin. Galaunya anak muda adalah selalu diikuti dengan usaha dan inisiatif. Sementara kalau sekedar pribatin hanya berhenti di perasaan tanpa tindakan. Glenn sangat percaya anak muda adalah sumber perubahan.
Dari sekian banyak peristiwa perkawanan dengan Glenn, satu peristiwa yang tidak pernah terlupa saat ia mengajakku bertemu di parkiran JCC. Mase, begitu ia sering memanggilku, kamu ke sini ya di JCC. Kamu dengerin album baruku. Ia menunjukkan CD kosong yang beberapa bulan kemudian diberi nama album “Luka Cinta dan Merdeka”. Di album itu lagu Renjana, Sabda Rindu dll kemudian jadi populer. Termasuk dalam album itu adalah lagu cover “Malaikat Juga Tahu”. Kubilang aku suka lagu Renjana dan Sabda Rindu. Kalau lagu Malaikat Juga Tahu, tidak terlalu kaget, meski lagu lama dari lagu Dewi Lestari, tapi punya sentuhan yang berbeda. Ketiganya bakal ngetop!
Perkawananku dengan Glenn cukup unik. Kita berbicara musik, film dan sosial politik. Satu dekade ini kita selalu sebiduk perahu dalam gagasan, pemikiran, ide dan gerakan. Aku mengenang Glenn sebagai pejuang tangguh yang selalu menemani kemanusiaan dan perubahan.
Glenn itu tukang ngumpulin orang. Glenn bisa mempertemukanku dengan mantan aktivis DI/ TII yang sudah insaf. Glenn bisa diajak main bareng untuk kampanye kemanusiaan, kasus Orang Hilang, manggung di acara GusDurian, kampanye lingkungan dan lain sebagainya.
Glenn memang selebriti tersohor, tapi ia tidak membiarkan kehidupannya seperti rumah kaca. Ia bisa membagi perkawanannya dalam folder-folder terpisah. Tidak heran Glenn bergaul dengan segala kalangan, melintasi batas teritorial, suku, agama dan ras.
Selain musisi dengan segudang karya “Revolusi Wangi”, Glenn Fredly adalah penggiat isu kemanusiaan. Dari sekian banyak kegiatan kemanusiaan Glenn, daftar di bawah ini hanya sedikit yang kuingat, yang kita bergiat bersama:
- Terlibat dalam kampanye menggugat pelanggaran HAM masa lalu
- Terlibat dalam kampanye menggugat Kasus 97-98
- Terlibat dalam kampanye menggugat Kasus Trisakti
- Terlibat dalam kampanye menggugat Kasus Semanggi I dan II
- Terlibat dalam kampanye menggugat Kasus Orang Hilang
- Terlibat dalam kampanye menggugat Kasus Munir
- Terlibat dalam kampanye Pembebasan Tapol Papua dan Maluku
- Terlibat dalam kampanye anti korupsi
- Terlibat dalam kampanye keberagaman dan kebebasan beragama
- Terlibat dalam kampanye anti terorisme dan membantu program deradikalisasi
- Terlibat dalam kampanye Go Green
- Terlibat dalam kampanye Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa
- Aktif menyuarakan “Ayo Kembali ke Timur” untuk mengajak memajukan Indonesia Timur
Ada sepenggal kisah ketika Glenn Fredly berkunjung ke rumah orangtua Bimo Petrus di Malang, Jawa Timur. Bersama aktivis lain, Glenn memberikan dukungan kepada keluarga Utomo Rahardjo, yang hingga kini masih menanti akhir penuntasan kasus penghilangan paksa atas anaknya.
Pada 1997/1998, Bimo Petrus, Herman Hendrawan, Wiji Thukul, Suyat, dan sejumlah aktivis penentang Orde Baru lainnya, menjadi korban penculikan. Hingga kini mereka masih hilang dan belum kembali pulang.
Di bidang musik dan film jelas banyak, sekedar menyebutkan ia penggagas Konferensi Musik Nasional dan aktif dalam Ambon City of Music. Pendiri Musik Bagus. Salah satu inisiator M-bloc, bersama Tompi, Sandhy Sondoro membuat Trio Lestari dan masih banyak lagi.
Glenn juga selalu mempersembahkan di setiap hari ulang tahunnya yang jatuh pada 30 September ia selalu bikin “Tanda Mata”. Ini adalah sebuah konser musik yang didedikasikan kepada musisi besar tanah air. Tercatat Konser Tanda Mata: Ruth Sahanaya, Slank, Yovie Widianto, Koes Plus.
Sayang Tuhan berkehendak lain, konser 25 tahun Glenn berkarya di tahun 2020 ini tak pernah terealisasi. Glenn telah menghadap Bapa di Surga.
Dua bulan lebih musisi pejuang kemanusiaan itu telah pergi. Di mata Ame Hutami dan Sasa Sabilsa Diara, Glenn adalah sosok inspirasi. “Kakak yang penuh mimpi namun bukan pemimpi. Berbuat dengan penuh bukti sepenuh hati, penuh perhatian dan dukungan bukan karena kasihan, penuh cinta akan Tuhan, negeri dan sesame,” tutur Ame, rekan kerja Glenn di banyak proyek termasuk di Konferensi Musik Nasional.
Sementara Sasa Sabilsa Diara, sepupu Glenn mengenang Glenn sebagai kakak yang hangat. “Saya sangat sayang sama Kak Glenn, bukan karena dia seorang musisi hebat dan lagunya menemani hidup kita, tapi karena dia seorang kakak yang sangat hangat. Yang jelas, beliau punya hati yang besar untuk mengampuni orang. Dia role model saya, dan dia selalu menjadi tempat saya curhat setelah papa saya tidak ada. Beliau pernah berjanji ingin mengantarku ke altar saat menikah.. Walaupun sekarang fisiknya tidak ada, saya akan bawa semangat manisnya dalam hidup saya,” tutur Sasa.
Meski terhitung punya hubungan keluarga, Sasa merasakan cara Glenn mendidik. “Seorang yang mengajarkan saya untuk berproses.. Mempunyai kakak seperti dia yang punya banyak akses, bukan berarti bisa cepat dalam berkarya. Tapi dia menunjukkan bagaimana kita mengenal diri sendiri selama berproses,” kata Sasa.
Atas nama langit dan bumi Glenn Fredly adalah orang baik. Meski ia telah meninggalkan kita semua bertemu dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, namun jiwa dan karya-karya Glenn akan terus abadi di hati kita semua.
Sesungguhnya kematian bukanlah “Selesai”nya kehidupan tapi siklus “Kembali ke Awal”. Sang “Renjana” tak pernah sirna. “Sabda Rindu”nya tetap jadi pandu “Romansa Masa Depan”. Damailah di sana, Glenn, kawan gerilya!
Untuk mengenang Kawan Glenn, inilah timeline jejak karya Glenn di bidang musik. Mengapa hanya musik, sebab menyusun jejak kemanusiaannya terlalu banyak untuk disebutkan: